Berita

Tingkat Kesulitan Soal UN 2019 Tidak Berubah, Ini Komposisi Soalnya

Jakarta, Kemendikbud — Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan tingkat kesulitan soal Ujian Nasional (UN) pada tahun ini tidak berubah dibandingkan tahun lalu.

“Tidak ada perubahan distribusi tingkat kesukaran soal dari tahun sebelumnya. Komposisi soal berdasarkan level kognitifnya, 10%-15% untuk penalaran, 50%-60 % untuk aplikasi, serta 25%-30% untuk pengetahuan dan pemahaman,” ujar Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Menurut Totok, tantangan lain dari UN adalah mengujikan soal-soal yang mengukur keterampilan berpikir kritis, atau disebut juga dengan Higher Order Thinking Skills (HOTS). “Keterampilan ini sangat diperlukan oleh anak-anak kita agar mampu adaptif terhadap perubahan dunia yang begitu cepat,” tuturnya.

Dalam pekan ini, yakni pada tanggal 25 s.d. 28 Maret 2019, diselenggarakan ujian nasional untuk jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK). UN SMK untuk mata pelajaran Matematika yang berlangsung kemarin, Selasa (26/3/2019), mendapat respons beragam dari siswa SMK. Sebagian mengeluhkan soal UN Matematika yang sulit dan tidak sesuai dengan kisi-kisi. Keluhan mereka disampaikan melalui akun Instagram resmi Kemendikbud, @kemdikbud.ri .

Seperti yang dikeluhkan siswa dengan akun @oohryza , yang menilai soal matematika dalam UN SMK sulit. “Untuk pertama kalinya pak, saya liat soal matematika ketawa. Masalahnya bukan lucu, Pak. Tapi saya nggak ngerti apa yang saya kerjain,” tulisnya. Sementara itu siswa lain dengan akun @aprel.id mengeluhkan soal yang tidak sesuai dengan kisi-kisi UN. “Pak, kalau yang dikeluarkan di Ujian Nasional SMK ga sesuai dengan kisi-kisi, kenapa harus dibuat kisi-kisi segala?”, tulisnya.

Soal UN Matematika untuk SMK berupa pilihan ganda dan isian singkat. Soal isian singkat berupa bilangan dengan proporsi sebanyak 10 persen, yakni 4 soal dari total 40 soal. Soal UN telah dipilih dan dirakit dari bank soal sesuai dengan kisi-kisi UN. Proses pengembangan soal melibatkan unsur-unsur guru mata pelajaran, dosen perguruan tinggi, anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dan pakar penilaian pendidikan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sebenarnya Kemendikbud sudah mengenalkan soal-soal HOTS dalam penyelenggaraan UN. Asesmen dengan model HOTS ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam survei internasional, khususnya hasil PISA (Program for International Student Assessment). Selain itu, soal HOTS merupakan salah satu tuntutan keterampilan dalam pembelajaran abad 21, yakni berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Untuk jenjang SMK, UN mengujikan empat mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, dan Teori Kejuruan (sesuai dengan bidang kejuruan siswa). Secara umun, tidak ada distribusi tingkat kesukaran soal dibanding UN tahun sebelumnya. Komposisi soal dibagi berdasarkan level kognitif, yaitu 10-15 persen untuk penalaran atau higher order thinking skills (HOTS), 50-60 persen untuk aplikasi, dan 25-30 persen untuk pengetahuan-pemahaman. (Desliana Maulipaksi)

Seberapa bermanfaatkah berita ini?

Berikan jumlah bintangmu untuk menilai Postingan ini!

Nilai rata-rata 0 / 5. Jumlah Voting 0

Belum ada penilaian!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *