LPMP SULAWESI TENGAH LAKSANAKAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN RPP SEDERHANA BERORIENTASI HOTS DENGAN KONSEP MERDEKA BELAJAR DIMASA PANDEMI COVID-19
LPMPSULTENG-Kebijakan Penyederhanaan RPP merupakan salah satu kebijakan “Merdeka Belajar” yang diusung oleh Mendikbud dalam upaya meningkatkan pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan bermutu. Kebijakan ini mengangkat tentang penyusunan dan -pengembangan RPP yang dapat dilakukan secara sederhana oleh guru sesuai dengan prinsip :efisiensi, efektif, dan berorientasi pada murid. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan RPP dimana RPP hanya terdiri dari 3 komponen yang meliputi: tujuan pembelajaran, langkah-langkah (kegiatan) pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assessment). Guru dapat menyusun, mengembangkan, memilih, memodifikasi dan menggunakan RPP secara bebas dan sederhana sesuai dengan 3 prinsip tersebut. Hal ini di sampaikan Kepala LPMP Sulawesi Tengah, H. Muhammad Askari, SH., M.Si. saat membuka kegiatan sosialisasi pengembangan RPP sederhana berorientasi HOTS dengan konsep merdeka belajar di masa pandemic COVID-19 Tahun2020. secara daring melalui zoom meeting, Sabtu (20/6/2020)
Dikatakan Askari Tujuan dari penyederhanaan RPP ini adalah untuk meringankan beban administrative guru dan memberikan kebebasan kepada guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam proses pembelajaran. “Esensi dari sebuah RPP adalah bukan dari sekadar penulisan RPPnya melainkan tentang proses refleksi guru terhadap pembelajaran yang terjadi. Guru saat menulis sebuah RPP, kemudian dilaksanakan dalam proses pembelajaran, dan guru melihat RPPnya kembali untuk melakukan reflexi apakah maksud dari RPP yang disusun telah sesuai pembelajarannya, bukan pada penulisan RPP yang berjumlah 10 halaman atau lebih yang hanya sekadar untuk administrasi saja. “ jelasnya.
Lebih kanjut ia menjelaskan Hal penting dalam proses belajar merdeka adalah belajar menumbuhkan sikap merdeka untuk maju, berkembang, serta inovatif. Hal ini berlaku untuk peserta didik maupun guru sebagai penggerak. Beberapa mentalitas yang perlu dibudayakan adalah: pertama, sikap senang dan mencintai terhadap impian, dan pilihan yang diambil. Disinilah rasa merdeka atas impian dan pilihannya tumbuh alami. Pada sikap ini tentu belajar merdeka untuk tidak terbelenggu oleh hal-hal yang tidak penting harus dilakukan. Kedua, sikap kemauan kuat untuk maju. Disini membutuhkan penguatan terus menerus agar energy terus ada untuk mengembangkan diri dan berkarya. Pada tahap ini, pengendalian energy positif harus terus dilakukan agar rasa merdeka untuk maju terus ada. Ketiga, sikap bebas berimajinasi. Disini, perlu belajar merdeka dalam melahirkan keluaran imajinasi. Tentu diperlukan belajar kealam bebas, dan hal lain yang merangsang tumbuhnya imajinasi. Era digital sangat membutuhkan penguatan imajinasi untuk menghasilkan karya. Keempat, Sikap dan pikiran kritis. Dalam hal ini sangat diperlukan karena untuk mencapai merdeka belajar diperlukan sikap kritis untuk bahan pengembangan kedepan. Tentu untuk menumbuhkan sikap ini perlu belajar kuat agar kemerdekaan bisa diperoleh. Pemerintah mengharapkan para peserta didik mencapai berbagai kompetensi dengan penerapan HOTS atau Keterampilan Bepikir Tingkat Tinggi. Kompetens tersebut yaitu berpikir kritis (criticial thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration) dan kepercayaan diri (confidence). “Lima hal yang disampaikan pemerintah yang menjadi target karakter peserta didik itu melekat pada system evaluasi kita dalam ujian nasional dan merupakan kecakapan abad 21. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HighOrder Thinking Skills/HOTS) juga diterapkan menyusul masih rendahnya peringkat Programme for International StudentAssessment( PISA) dan Trendsin International Mathematics and Science Study (TIMSS) dibandingkan dengan Negara lain, sehingga standar soal ujian nasional di coba ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan.” Jelas Askari.
Fakta saat ini adalah era revolusi industry 4.0.Sebuah era digital yang memerlukan kecepatan internet dan platform digital serta berbasis output. Tentu pola pendidikan di dunia sudah berubah. Generasi milenial memiliki sikap dan orientasi yang berbeda yang membutuhkan penyesuaian. Disinilah pendekatan dan metodologi pendidikan juga harus disesuaikan mengikuti perkembangan zaman. Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar kehidupan manusia, karena melibatkan proses berpikir agar dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menegaskan bahwa berpikir kritis bukan hanya sebatas teori, namun sudah menjadi kebutuhan hidup.
“Oleh karena itu pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan peserta didik agar mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dukungan dari berbagai pihak terkait sangatlah diperlukan agar mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan era global” pungkasnya.
https://www.facebook.com/lpmpsulteng1/videos/2606938439561722/
cukup banyak yg akan ditanyakan peserta sayang waktu terbatas, jam kegiatan perlu di tambah, karena ini penting bagi guru belum semua memahami proses RPP sederhana ini